BERANI BERAMADHAN

Ramadhan datang dengan warna beragam
beragama untuk masa depan yang bisa digenggam
genggaman Illahi untuk keluar dari dunia hitam legam
leganya alam surga dengan minuman di gelas logam

 

Lebaran selalu membawa nafas dan hawa tersendiri di setiap tahunnya. Tentu saja jejak pengalaman spiritual seseorang sepanjang tahun dan sepanjang hidupnya akan mewarnai langkahnya di Ramadhan.

 

Betul-betul, masuk ke Ramadhan ini saya harus memohon ampun kepada Allah dengan sangat luar biasa dan sesungguh-sungguhnya. Ampuni saya dan lindungi dari segala fitnah. Terasa tulus permintaan ini, sebuah ketulusan yang belum pernah hati ini merasakannya.

 

Betapa tidak, ujian dari-MU ini begitu dahsyat dan masuk di saat semua perjuangan itu meletihkan, melelahkan, dan menguras semua kekuatan yang ada. Tapi, sekali lagi, ini adalah ujian dari-MU. Untuk itu saya kembali pasrah dan berserah kepada-MU. Perjalankan diri ini kemanapun sesuai dengan kehendak-MU karena ujungnya adalah surga-MU.

 

Sebuah jawaban luar biasa telah KAU berikan kepada jiwa yang rapuh ini. Sebuah harapan besar atas keinginan kuat keluar dari segala kemandegan ruhiyah selama ini. KAU memang selalu memberikan sesuatu yang luar biasa dan tak terduga. Semoga memang ini latihan bagi saya untuk melatih menemukan kekagetan demi kekagetan untuk menyambut kekagetan terbesar, surga-MU.

 

ENGKAU ternyata ada, sangat memperhatikan, dan luar biasa mengerti. Jawaban itu telah KAU tunjukkan dengan berbeda dan luar biasa. Sebuah gambaran surga telah kau nampakkan sekilas. Yang tidak bisa saya jangkau pada kesempatan ini. Tidak bisa! Mungkin dan hampir pasti KAU menilai ketidakpantasan itu ada pada diri saya. Sengaja hanya KAU tunjukkan dan harus ditinggalkan. Untuk kembali hadir ke alam nyata dan kembali bergerak di atas ’amal perjuangan.

 

Dan sangat mungkin, hal itu juga tidak bisa saya jangkau kelak diakhir sejarah hidup saya di akhirat. Ketika apa yang saya persembahkan tidak ada bedanya dan hanya seperti itu saja. Maka KAU telah ingatkan dengan cara-MU, gambaran yang luar biasa itu jangan pernah saya lewatkan untuk diraih pada kesempatan yang akan datang. Apalagi jangan sampai KAU tidak memberikannya sebagai tanda akhir kesungguhan perjuangan hidup ini.

 

Pancaran dari-MU itu begitu kuat memancar. Meski kau gunakan cermin-cermin untuk sampaikan pantulannya kepada saya dan disekeliling saya. Tapi tetap pancaran itu sebuah sinar kuat yang belum pernah saya merasakan sebelumnya. Mutiara itu bercahaya namun berbalut tanah yang harus dipilah. Sisihkan tanah-tanahnya dan izinkan saya hanya ambil mutiaranya.

 

Saya harus memberanikan diri masuk ke Ramadhan-MU. Saya tetap harus berani beramadhan. Setidaknya untuk diri saya sendiri. Mungkin inilah momen kesendirian yang harus ada dan membuat keberartian dalam hidup ini. KAU yang merapuhkan dan KAU pula yang menguatkan. Lindungi saya ya ALLAH, dan keluarkan dari Ramadhan dengan cara yang terbaik. Seindah Rasulullah menemukan Isra Mi’raj, Ramadhan dan kemudian ’Iedul Qurban, diakhiri dengan mencapai puncaknya pada momentum hijrah.

 

Saudaraku, terima  kasih untuk kesediaannya mendo’akan saya dan kita semua: ”Ya Allah, muliakan saudaraku ini, sehatkan Badannya, berkati rizkinya, kuatkan imannya, berikan kenikmatan Ibadah, jauhkan dari fitnah, suburkn benih keislaman dalam dirinya, kobarkan semangat juang dan keyakinannya bahwa ENGKAU bersamanya selalu, aamiin…”

~ by VIQEN on September 12, 2008.

4 Responses to “BERANI BERAMADHAN”

  1. terima kasih sharing info/ilmunya…
    saya membuat tulisan tentang “Benarkah Kita Hamba Allah?”
    silakan berkunjung ke:

    http://achmadfaisol.blogspot.com/2008/09/benarkah-kita-hamba-allah-1-of-2.html
    (link di atas adalah tulisan ke-1 dr 2 buah link benarkah kita hamba Allah?)

    Apakah Allah juga mengakui bahwa kita adalah hamba-Nya?

    semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com/

  2. yupz… cuma ada satu pilihan buat orang beriman…
    BERANI JALANI RAMADHAN 🙂

    jalani ramadhan dengan sebaik2nya

    Salam semangat …! ^_^

  3. @faisol.
    kutipan dari tulisan anda: Abu Ya‘qub as-Susi membahas ikhlas lebih dalam lagi. Dia berkata, “Kapan saja seseorang masih memandang ikhlas dalam keikhlasannya, maka keikhlasannya membutuhkan keikhlasan.”
    itu ungkapan yang inspiring sekali…

    @dhedhi.
    mari berani beramadhan berame-rame

  4. hmm…

Leave a reply to tren di bandung Cancel reply