Intim dengan 8 T (2)

 

Beribicara soal intim dalam berhubungan, rasanya semua dari kita paling jago dan masing-masing sudah pada ngerti. Ya silakan saja, intim itu diterjemahkan dalam definisinya masing-masing. Bahkan dalam bayangannya masing-masing, tidak ada masalah. Jadi tentang hubungan intim ini tidak terlalu di bahas panjang lebar.

Berhubungan intim, ya rasanya itu adalah fitrah manusia yang harus disalurkan. Manusia akan mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan lingkungan. Dan pada kadar tertentu manusia akan memiliki cara berhubungan yang special dengan pihak-pihak tertentu. Sehingga intensitas dan kualitas hubungan itu akan lebih baik dan semakin baik. Kemudian sampailah kepada kualitas hubungan intim.

Tuh kan, kalau terlalu dibahas akhirnya ngebayangin yang ngga-ngga. Mendingan kita mikirin yang iya-iya, ya ngga?

Ada 8 T yang harus kita tahu, dimana ini adalah pihak yang harus kita hubungi dengan intim. Apakah kita sudah memiliki hubungan intim dengan kedelapannya ini?

  1. Tuhan Kita
  2. Teladan Kita
  3. Tuntunan Kita
  4. Tubuh Kita
  5. Taubat Kita
  6. Teman Kita
  7. Tujuan Kita
  8. The Customer

 

3. Tuntunan Kita

Setelah terus menerus kuping ini dijejali suara phill perry, toto, casiopea, abba, dsb ternyata nikmat betul ngedengerin suara jernih al-Mathrud yang bacain qur’an surat al-Mulk.

Hati merasakan kesejukan yang mendesir membelai-belai seolah menjelajah sebuah hutan tropis dengan cahaya matahari yang gemerlapan diantara dedaunan. Belum terdengar suara gemericik air yang ditingkahi gesekan daun dan suara-suara binatang. Begitulah sebuah rasa seperti itu bisa hadir dan menangkan hati ini untuk duduk bersimpuh dan itminan mengambil langkah.

Kita sangat mengerti, hidup akan selalu berhadapan dengan pilihan. Terkadang kondisinya sangat urgent untuk diputuskan. Rasanya tidak menyisakan ruang untuk kita merenungkan keputusan kita. Terlebih ketika emosi dan nafsu memenuhi rongga dada sedemikian. Gimana rasanya kalau kita galau kala harus menentukan pilihan.

Kalau kita bisa intim dengan PDA kita, atau black berry, atau apapun yang seolah menjadi pegangan kita dalam mengambil keputusan atau sikap. Atau ada seorang teman atau mentor yang biasa kita mintai advis untuk mengambil keputusan. Rasanya kita bisa menempatkan al-qur’an menjadi tuntunan kita yang secara intim kita berhubungan dengannya.

Engkau sungguh ingin menemani saya. Engkau sungguh akan bersama saya. Engkau sungguh terus memberi jawaban atas masalah yang saya hadapi. Maafkan kalau hati ini abai atas pendampingan yang engkau ingin berikan.

Sungguh solusi untuk semua masalah kita itu telah tersedia. Dan semuanya ada di dalam diri kita. Sungguh!

Dalam keadaan kita harus bersikap atau memutuskan sesuatu. Coba rasakan bila kita bisa dalam keadaan tenang. Coba ingat ketika kita menghadapi masalah dengan keadaan lapang dada. Coba renungkan hasil yang bisa kita dapatkan dengan pikiran jernih penuh suasana kebaikan.

Al-Qur’an bisa memberikan suasana itu. Walaupun hanya sekedar di baca. Atau hanya sekedar mendengarkan suaranya. Koq bisa begitu yah?

Waduh rada bingung ngejelasinnya. Mendingan cobain saja deh… hehehe

Bukan sulap bukan mejik, memang biasanya ada bunyi-bunyian yang bisa membentuk suasana hati. Mungkin itu karena gelombang frekuensinya membangkitkan beberapa syaraf ketenangan dalam tubuh kita.

Hmm… untuk yang begini, daripada banyak diceritain mendingan dicobain deh. Cobain saja dulu. Paling tidak kalau itu masih terasa berat, saat kita pengen dihibur dengan sebuah musik kontemplasi penuh string kaya Kitaro, Yani, dsb. Ngga ada salahnya kita ganti dengan dengerin lantunan Qur’an dari Al-Ghomidi misalnya.

Ngga ada salahnya telinga kita dilatih untuk intim dengan sebuah sound kontemplasi seperti itu. Mudah-mudahan permulaan yang sederhana ini bisa membawa kita kepada amazingnya Al-Qur’an yang bakal membawa kita kepada petualangan ruhiyah yang penuh kejutan.

O iya, soal kejutan, memang Al-Qur’an sendiri tidak akan memberi efek kejutan, ketika kitanya juga biasa-biasa saja. Ibarat kita bawa mobil ke luar kota, ambil kecepatan 10 km/jam. Jalanan berbahaya, licin, banyak belokan itu menjadi tidak terlalu berbahaya. Peringatan dan tanda-tanda lalu lintaspun menjadi tidak berarti apa-apa.

Tapi bayangkan bila kita pacu kendaraan kita 100 km/jam. Tentunya kewaspadaan ditingkatkan. Dan yang pasti, rambu-rambu menjadi sangat diperhatikan dan berguna. Ada tanda belokan, segera mengurangi kecepatan. Ada tanda tanjakan, siap mengoper ke gigi rendah.

Belum merasa intim dengan Al-Qur’an?

Mungkin saja karena tantangan hidup Anda belum terlalu besar. Sehingga perkembangan yang Anda rasakan juga belum terlalu besar. Siapa tahu, Anda menemukan perkembangan hidup yang luar biasa saat intim dengan Al-Qur’an bersama-sama dengan tantangan hidup yang telah Anda rumuskan.

Tulisan sebelumnya:

https://trendibandung.wordpress.com/2008/12/12/intim-dengan-8-t-1/

~ by VIQEN on December 19, 2008.

Leave a comment