BOM LAILATUL-QADR
Kita perlu meledak, supaya bisa naik ke tempat yang lebih atas, semakin ke atas, sampai ke surga. Ledakan itu harus luar biasa supaya bisa mencapai surga yang memang diciptakan dengan sangat tinggi. Tidak mungkin kita raih dengan lompatan biasa, tapi HARUS MELEDAK!!!
Untuk ledakan itu perlu BOM, yang meledak dengan luar biasa. Bukan sekedar pertasan cengek. Bom ini konon bisa ditemukan di lailatul qadr. Sebuah malam yang penuh dengan kemulian yang nilainya seribu bulan. Mengapa demikian?
Isra’ Mi’raj, Ramadhan, Qurban, Hijrah
Sebelumnya kita harus faham bahwa Ramadhan adalah salah satu rangkaian dari empat pembinaan dari ALLAH, yakni Isra’ Mi’raj, Ramadhan, Qurban, Hijrah. Lihatlah, momentum itu datang berurutan kepada kita dari mulai bulan Rajab, Ramadhan, Dzulhijah kemudian Muharam.
Setiap momentum memberikan makna tersendiri. Isra’ Mi’raj memberi makna pembentukan VISI. Ramadhan memberi makna pembentukan KAPASITAS. Qurban memberi makna AKSI. Sedangkan Hijrah memberi makna EKSISTENSI. Secara berkesinambungan, bila seorang muslim menghayati empat momentum strategis ini, maka setiap tahun ia akan didudukkan pada eksistensi yang terus membaik. Kalau bisnisnya tahun ini senilai 50M maka tahun depan bisa 100M.
Visi adanya dibagian hati menyangkut paradigma dan mental seorang individu. Kapasitas mulai keluar dari dalam dan mulai menggunakan anggota badan. Berkaitan dengan ilmu dan keahlian. Aksi lebih keluar lagi, yakni menyangkut interaksinya dengan lingkungan. Dan terakhir lebih keluar lagi, berkaitan dengan pengakuan pihak luar kepada dirinya. Sepanjang tahun seorang muslim yang memahami hakikat empat momentum strategis akan melalui proses pembinaan berkesinambungan langsung dari ALLAH.
Visi dan Kapasitas
Isra’ Mi’raj merupakan rekonstruksi visi yang dialami oleh Rasulullah. Beliau diajak ke masa lalu dan masa depan. Ditengah kesedihannya Rasulullah dipaksa untuk menerima semua itu dan optimis memandang masa depan. Hasilnya, kemudian Rasulullah kembali memiliki semangat menggerakkan perbaikan walaupun ditengah-tengah kesedihannya.
Visi yang dibentangkan dari masa lalu sampai ke masa depan juga memberikan pemahaman integral tentang semua permasalahan yang dihadapi. Hal ini mendorong ditemukannya solusi yang komprehensif. Kita bisa lihat, gerakan perbaikan yang dilakukan Rasulullah setelah itu dikerjakan dengan lebih strategis, sistematis dan efektif.
Aspek visi dari Isra’ Mi’raj ini melahirkan manusia yang tidak kecewa akan masa lalu atau tidak mengeluh akan kondisi yang ada sesulit apapun. Dan melahirkan manusia yang optimis memandang masa depan. Manusia yang siap dan punya keyakinan kuat untuk menentukan masa depan. Bukan manusia yang terombang-ambing oleh ketidakpastian masa depan.
Setelah visi seseorang terbentuk dengan baik, maka ia akan siap melakukan peningkatan kapasitas. Ramadhan merupakan momentum untuk menciptakan kapasitas. Tapi mereka yang belum memiliki visi yang benar, mereka akan melaluinya dengan begitu-begitu saja.
Kata kunci buat Ramadhan adalah akselerasi. Percepatan apa yang bisa diraih. Bila dengan 2 jam kita bisa menyelesaikan suatu pekerjaan, apakah di bulan Ramadhan ini bisa kita selesaikan dalam 1 jam, atau dalam 2 jam selesai 2-5 pekerjaan lainnya. Disinilah tema Ramadhan itu hakikatnya. Peningkatan ’amal karena ilmu dan peningkatan ilmu karena ’amal.
Tentu saja untuk menciptakan akselerasi ’amal diperlukan ilmu. Untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan, kita mesti menyelidiki faktor-faktor yang memperlambat. Itulah ilmu. Kemudian kita praktikan dan buktikan. Ketika terbukti maka meningkatlah akselerasi ’amal kita.
Selanjutnya proses evaluasi kita lakukan lagi, faktor manalagi yang masih memperlambat proses atau belum sempurna. Kita rumuskan lagi solusi. Menjadi ilmu lagi dan kita ’amalkan lagi. Ditemukan kekurangan dan peluang baru jadi ilmu lagi. Demikian seterusnya sampai kita menajdi sangat ahli dan special dalam pekerjaan kita. Itulah hakikatnya Ramadhan sebagai bulan peningkatan dan bulan penuh berkah atau pelipatgandaan.
BOM! di Lailatul Qadr
Kita perlu memandang Ramadhan sebagai suatu rangkaian pembinaan dari mulai Isra’ Mi’raj, Ramadhan, Qurban, dan Hijrah. Selain itu, kita juga perlu memandang secara khusus bahwa Ramadhan sebagai proses peningkatan kapasitas. Dimana disana digulirkannya secara bersahut-sahutan antara ilmu dan ’amal.
Dari sudut pandang itu pula kita memandang Lailatul Qadr. Sehingga pencarian lailatul qadr bukan dimulai disaat Ramadhan, atau bahkan di sepuluh hari terakhir, atau di malam-malam ganjil. Tapi ia merupakan proses pencarian yang panjang akan sesuatu yang membuat kehidupan bisa berlangsung terus sampai seribu bulan kedepan.
Bisa kita lihat pemadatan waktu yang dilakukan oleh Ramadhan bisa meledakkan perang Badar di zaman Rasulullah. Bagaikan pengayaan uranium yang siap meledak untuk menghancurkan hal-hal buruk dan membuka hal-hal baik. Bagaikan pemampatan dan pengumpulan sumber-sumber ledak untuk melontarkan kita melompat ke posisi-posisi yang semakin tinggi. Bagaikan penyusunan hulu ledak roket yang meluncurkan kita keluar dari kebiasaan dan kesekedaran ke ruang kemuliaan dan keutamaan.
Temukan BOM itu di lailatul qadr tahun ini. Untuk ledakan potensi kita seribu bulan kedepan. Kalau belum siap, bersegeralah bersiap. Waktu kita masih ada tapi akan terus berkurang dan semakin sempit.
Salam kirain Bom setan gak tahunya bom kebaikan
salam kenal pak
doelsoehono said this on September 18, 2008 at 2:30 pm |
Sebuah perbandingan yang menarik, di mana kita seharusnya dapat mempercepat langkah kita dalam mencapai kebajikan. Sayangnya langkah kita selalu dipercepat hanya jika kita mendapatkan keuntungan terutama keuntungan finansial, tidak peduli apakah hal tersebut akan merugikan orang banyak. Mudah2an kita semua dapat menghentikan keburukan dan dapat mempercepat kebajikan. Amin.
Yari NK said this on September 19, 2008 at 2:27 am |
Lho Pak tak kirain bom Plaza Indonesia….. hi..hi..hi…
isfiya said this on September 19, 2008 at 3:29 am |
salam kenal aja dari malang 🙂
hmcahyo said this on September 19, 2008 at 4:01 am |
Hayyah..sie tadinya takuutt mau klik post ini..takut meledak he he he
Gak taunya..hmm nice post bikin org penasaran..ok kunjungan perdana salam kenal makasih udah mampir diblog sie.. ^o^
Sassie Kirana said this on September 19, 2008 at 4:59 am |
bom meledak saat ada pemicu, itu masa lalau
bom saat ini meledak saat isu menjadi tuan
tuan ini yang menjadi tujuan dan capaian yang diinginkan
sehingga ledakan bom akakn berbanding
dengan tujuan dan capaian besar yang menjadi cita – cita
mulailah dengan membuat cita – cita dalam angan
lalu tuliskan dalam kalam
serta coba wujudkan dalam keseharian
dan yakini itu menjadi kenyataan
maka tinggal tunggu ledakan yang diinginkan itu
menjadi sebuah kenyataan..
salam…
8 detik untuk ledakan kejayaan ?/?/?
aguslius said this on September 19, 2008 at 7:25 am |
Salam kenal… makasih dah mampir di mojosari.. 😉
Agung Mojosari said this on September 19, 2008 at 8:14 am |
semoga kita tak cuma ngebom
demi lailatul qadr saja
ledakan amal harus menjangkau
segala lini sepanjang waktu
Tren di bandung:
betul pak ledakan itu membuat kita hidup seribu bulan.
mikekono said this on September 20, 2008 at 10:04 am |
Apakah aku sudah pantas merakit bom itu ?
Tangan yang kotor ini bisakah menyambung kabel-kabel suci itu ??
Mata yang hina ini sanggupkah memanddangi ledakannya ?
Tubuh yang rapuh ini bisakah merasakan kedahsyatannya ?
Hati yang kelam ini pantaskah diterangi oleh cahayanya ?
Saya bukan siapa-siapa, bukan Amrozi atau Imam Samudra.
Bisakah saya meledakkan diri untuk menggapai syurga ??
tren di bandung:
kita tetap harus meledak untuk mencapai surga. meledak lebih hebat dari bisnisnya bill gates, dll
Fantasticdreams5 said this on September 20, 2008 at 12:59 pm |
salam kenal juga. saya cuma heran. kok bisa kesasar ke blog saya. hehe. Baarakallahu fika yaa akhi
tren di bandung:
kesasar kalo k surgaNYA atau ke jalan menuju surgaNYA, alhamdulillah. mudah2an bisa saling mendo’akan agar tetap di jalan ALLAH.
arif said this on September 20, 2008 at 1:16 pm |
salam kenal pak 😀
bom yang bagus, semoga bukan bom yang mengeluarkan gas beracun yang keluar dari tubuh kita. aduh pak, maaf saya eror lagi.
Dalila Sadida said this on September 20, 2008 at 3:13 pm |
salam kenal pak, n nitip bom ya!
mas bejo said this on September 20, 2008 at 5:08 pm |
hm… istilah baru
kakanda said this on September 21, 2008 at 6:18 am |
trima kasih dah mampir ke blog saya..
BHOOOM!!..hati saya di bom membaca analogi lailatul qadr ini…
bom yang cukup dahsyat untuk hati-hati yang jemu dengan kebenaran semu..
butuh bom untuk memecahkan menemukan berlian diantara bebatuan..
butuh bom untuk membuat gua-gua penghubung harapan..
butuh bom untuk merubuhkan bangunan tua yang mengganggu dengan cepat..
…
kita tidak butuh bom untuk membunuh.. karena sebatang pinsil pun sebenarnya bisa untuk membunuh..
ya Allah.. slalu tunjukan kebenaran sejati pada kami..
urbanistis.blogspot.com said this on September 22, 2008 at 6:44 am |
Kunjungan balik…
tadinya ragu mau ngeklik…ngeri..kirain bom teror..
ummurifqi said this on September 22, 2008 at 12:31 pm |
Tulisan-tulisan anda menarik dan bernas…selamat..dan sukses..ini adalah kunjungan balasan..terima kasih…
ririnwulandari said this on September 22, 2008 at 4:08 pm |
Heheheh….
Tak kirain ada bom betulan…:p
salam kenal juga ya pak…hehehhee
Ru said this on September 23, 2008 at 1:54 am |
Wah bom ini maksudnya adalah perubahan KUANTUM ya Pak …
ya wis muga-muga anu GUsti Maha Ageung mencurahkan pemicunya, sehingga bom itu bisa kita kuasai, kapanpun diledakkan… Lailatul qadar telah lewat artinya telah meledak, tinggal sisa-sisanya… 😀 semoga kita bisa memanfaatkannya..
salam
kurt said this on October 1, 2008 at 2:23 pm |
salam
cinta juga adalah bom, yang bisa meledak kapan saja dan di mana saja
pengen dong……. dikirimin bom tuhan
mujahidahwanita said this on October 7, 2008 at 5:40 am |
[…] BOM LAILATUL-QADR […]
101 POSTING di 2008 « My Weblog said this on January 1, 2009 at 10:21 pm |